Selasa, 28 Januari 2014

Tentang Saya



Tulisan ini adalah sedikit hal mengenai siapa saya. Tak ada hal yang spesial, namun bacalah jika kalian ingin mengetahui tentang saya lebih dekat. Yang jauh mendekat yang dekat merapat. So.. let’s check this out.

Saya adalah anak kedua dari dua bersaudara, lahir di Jakarta 21 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 16 bulan Mei. Sekarang sedang duduk di bangku kuliah semester 5 jurusan akuntansi di salah satu perguruan tinggi swasta di bilangan Depok. Sekarang saya juga terdaftar sebagai asisten salah satu laboratorium di kampus tempat saya kuliah. Yaa, mungkin itu sedikit informasi pribadi tentang diri saya.

Hal pertama yang ingin saya ungkap adalah tentang riwayat sekolah saya. Diawali dari tingkat taman kanak-kanak. Saya sekolah di TK Zainul Ulum, sejak berumur 4 tahun saya mulai sekolah. Kata mama, saya baru akan disekolahkan umur lima tahun saja tadinya. Namun, karena saya selalu menangis sambil menggendong tas sekolah setiap pagi ketika ditinggal mas Eko berangkat sekolah, jadilah saya di daftarkan untuk sekolah TK. Tetapi ada alasan lain yang bikin saya selalu cengar-cengir sendiri kalau mengingatnya, kata mama, saya ingin sekolah TK karena saya mau dapet piala. Itu adalah alasan yang saya utarakan waktu kepala sekolah TK menanyakan kenapa saya mau sekolah. Yaah, namanya juga alasan anak-anak, suka diluar kuasa pikiran orang dewasa. Hehehe

Dan setelah 3 bulan saya sekolah TK, saya akhirnya mendapat piala juga. Saat itu saya terpilih menjadi juara favorit lomba mewarnai yang di selenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah. Pialanya kecil, sesuai sama ukuran tubuh saya yang kecil juga saat itu, kata pembawa acaranya. Piala pertama yang diraih anak umur empat tahun yang sekolah TK dengan tujuan dapat piala akhirnya terwujud. Selama sekolah di TK selama dua tahun, total piala yang saya dapet ada sepuluh piala dari berbagai macam lomba yang saya ikuti.

Ada hal lucu lainnya yang terjadi waktu saya sekolah di TK. Ketika saya duduk di kelas nol besar saya suka dipercaya oleh guru saya untuk menggatikan dia sebagai pengajar, katanya sih waktu itu, bu guru sibuk, jadi saya diminta menggatikan. Saya terkenal galak katanya, berisik sedikit pasti saya omelin, klo teman saya tidak memperhatikan pasti juga saya omelin. Dan tidak sampai disitu, kejahatan saya berlanjut saat memberikan cap ke tangan teman-teman saya saat mereka pulang. Mereka yang berisik dan tidak memperhatikan sudah pasti saya beri cap senyum. Dan yang meraih cap bintang hanya beberapa teman yang saya anggap diam dan memperhatikan saya. Karena hal ini, pasti banyak ibu-ibu dari teman saya yang mendapat laporan karena kegalakan saya dan kejahatan saya waktu mengajar. Dan pastinya saya cuma cengar-cengir mendengar ocehan mereka. Namanya juga anak-anak, pasti ada aja kelakuan anehnya.

Keanehan lainnya adalah saat perpisahan sekolah TK. Saya di dapuk sebagai pembaca puisi. Judul puisinya saat itu ‘Guruku’. Setiap latihan disekolah, pasti ada aja masalahnya, dari bercanda sampai gak hafal. Sampai pernah diomelin segala sama guru saya. Dan pasti pesan terakhir setelah latihan, “jangan lupa latihan di rumah yaa, Emi”. Saya hanya menjawabnya dengan anggukan. Di rumah pun saya tidak pernah latihan kalo di rumah banyak orang. Tapi kalo tidak ada orang di rumah, saya berani latihan. Itupun ngumpet di dalem lemari dengan suara yang super pelan, biar gak ada orang yang dengar.

Tibalah ketika hari perpisahan. Saya berhasil memukau semua orang yang hadir, dari teman-teman saya sendiri, hingga orang tua mereka begitupun guru saya dan tidak lupa juga mama saya. Mereka semua menangis mendengar puisi yang saya bacakan. Katanya sih saya begitu mendalami maknanya sampai ikutan menangis juga bacainnya. Walaupun menangis, tapi saya bacanya sampai selesai lho. Hehe

Setelah selesai membaca, mama ditanyain banyak ibu-ibu, gimana ngelatihnya sampai-sampai saya bisa begitu bagusnya (ini terlihat agak menyombongkan diri). Dan pastinya mama jawab, “lah, mana saya tahu bu, di rumah aja si Emi gak pernah latihan. Saya cuma tahu kalau dia di suruh baca puisi. Itu saja”. Semua ibu-ibu gak ada yang percaya, tapi mau bagaimana lagi, memang itu kenyataannya. Mama gak pernah ajarin saya, dan saya gak pernah berani latihan di depan orang rumah. Mama tahu soal latihan di dalam lemari itu setelah beberapa hari seusai acara perpisahan.

Setelah di sekolah TK, pastinya saya harus melanjutkan sekolah ke SD. Karena kelamaan di TK, yang biasa dimanja-manja sama gurunya, jadi agak heran waktu masuk SD yang gurunya super duper cuek. Di tambah lagi temen sebangku saya yang selalu nangis kalo wajah mamanya gak keliatan lagi di jendela luar kelas. Hahaha, padahal dia seorang laki-laki, tapi cengengnya parah banget. Saya jadi suka bingung ngeliatin anak laki-laki itu, tiap pagi selalu nangis.

Prestasi saya di SD juga cukup membanggakan kedua orang tua saya, walaupun setiap pulang sekolah kalo bapak tanya “tadi di sekolah belajar apa nduk (panggilan anak perempuan dalam bahasa jawa)?”. Saya selalu jawab “gak tau”.
“tadi di sekolah belajar apa nduk?”
“gak tau”.
Sampai kelas enam SD, alhamdulillah saya selalu dapet peringkat di lima besar. Entah di rangking 3, 2, 4 ataupun 1. Ya, tergantung usaha dan siapa saingan saya aja. Hehe

Lulus dari SD saya diterima di SMP favorit dekat rumah. Masa-masa transformasi dimulai dari jenjang sekolah ini. Saya mulai mengenakan jilbab dan sedang mengalami masa puber. Begitu banyak teman baru yang saya dapatkan, dan teman lama dari SD pun banyak yang sekolah di SMP yang sama dengan saya. Saya mendapat teman bernama Destiara, tapi cukup panggil dia Tiara aja katanya. Dia teman terdekat saya dari SMP hingga sekarang, tapi karena kesibukan, jadi sekarang-sekarang ini agak ribet kalo mau ketemu.

Lulus SMP saya melanjutkan ke SMK, padahal itu bukan kemauan saya, tapi kemauan mama saya. Saya maunya masuk SMA, biar nanti bisa kuliah. Tapi mama bilang, saya masuk SMK aja, biar kalo saya belum mau lanjut kuliah, jadi bisa kerja dulu, begitu katanya. Hal ini tentunya bertentangan dengan hati saya, tapi katanya apa yang di bilang ibu itu pastinya akan benar walaupun itu bertentangan dengan hati kita sebagai yang menjalani. Dan saya bukan tipe orang yang memaksakan kehendak diri saya sendiri. Saya paling gak bisa nentang kalo itu maunya mama saya. Saya jalanin apapun itu keadaan hati saya. Tapi ujung-ujungnya saya cuma bisa uring-uringan menyatakan semua ketidaknyamanan saya.

Di SMK saya mendapat dua orang sahabat yang sampai hari ini masih saya kenal dekat dan akan selalu saya kenal dekat. Mereka adalah Anif dan Erny. Mereka sahabat dekat saya semenjak kelas tiga SMK, padahal dari kelas satu kita selalu sekelas, tapi baru dapet chemistry di kelas tiga, mungkin bisa dibilang begitu. Mereka gak pernah nyangka bisa jadi sahabat seperti sekarang ini sama saya, padahal kata mereka saya itu jutek banget waktu ditemuin pertama kali di kelas. Eh, ternyata setelah mereka dekat dengan saya, katanya sih saya anehnya bukan main. Hal-hal sepele suka dibuat bercandaan sama saya. Dari ngegodain orang pacaran yang boncengannya mepet banget sampe ambil foto gaya laki-laki lagi pipis di pojokan tembok.

Emang saya gak pernah nganggep serius segala sesutu yang kejadian sama diri saya. Saya suka menggampangkan sesuatu. Gak pernah mencoba berpikir dewasa dan kadang suka sombong. Sampai akhirnya saya mengalami suatu kondisi dimana saya merasa sedang di uji. Setelah lulus dari SMK saya sangat menginginkan untuk melanjutkan kuliah. Tapi, namanya juga SMK yang dateng ke sekolah malah perusahaan yang mau cari karyawan, sedangkan saya berharapnya orang-orang dari perguruan tinggi yang promo untuk nyari mahasiswa. Tapi hanya sedikit perguruan tinggi yang hadir. Setiap saya diminta untuk mengikuti tes dari perusahaan pasti saya asal-asalan, karena saya takut diterima, karena saat itu bukan bekerja yang saya inginkan.

Saya berkeinginan masuk salah satu sekolah kedinasan di bilangan bintaro. Saya sampai mengikuti bimbel  khusus agar bisa diterima disekolah tersebut. Saya juga mengikuti ujian SNMPTN untuk tes masuk perguruan tinggi negeri. Dan hasilnya adalah di sekolah kedinasan tidak diterima dan saya malah diterima di UNJ jurusan pendidikan Bahasa Perancis, padahal pilihan itu adalah pilihan asal saya aja. Dan sampai sekarang saya gak tau maksud saya memilih jurusan itu. Tapi saya tidak ambil kesempatan ini, karena saya gak mau lagi salah langkah seperti ketidak inginan saya masuk SMK.

Saya pun akhirnya menganggur sekitar sebulan. Sampai suatu hari saya dapat telepon dari pihak sekolah untuk melamar di suatu kantor di daerah Taman Palem. Tanpa pikir panjang lagi, saya langsung mengiyakan dan mempersiapkan segala perlengkapan. Kemarin di telepon pihak sekolah, hari ini saya melamar pekerjaan dan hari ini pula pengumumannya kalau saya diterima, keesokan harinya saya mulai bekerja.

Kontrak selama enam bulan untuk pekerjaan sebagai salah satu staff di divisi accounting telah mengajarkan saya berbagai macam hal dan memperlihatkan kepada saya berbagai macam situasi. Dan bukti kalau dunia kerja itu kejam pun saya rasakan. Setelah kontrak selesai, saya tidak berkeinginan untuk memperpanjang kontrak, bukan karena saya tidak berani menghadapi kejamnya dunia kerja. Tapi, saya masih ingin melanjutkan cita-cita saya untuk kuliah. Setelah selesainya kontrak kerja, saya mengambil bimbingan belajar untuk persiapan tes masuk perguruan tinggi.

Sekitar tiga bulan intensif mengikuti bimbingan belajar, akhirnya tibalah saatnya mengikuti ujian. Saya mengikuti semua ujian yang ada, dari SNMPTN, UMB, Penmaba semua saya ikuti. Sampai saya merasa muak dengan soal-soal ujian yang selalu saya pelajari dan saya temui saat ujian. Tapi hasil akhirnya, tak satupun tes itu berhasil saya lewati. Semua tes memberikan jawaban kalau saya belum diterima. Titik lelah, kecewa, merasa tidak berguna semuanya terasa. Karena hal ini berat badan saya samapai turun sekitar 6 hingga 7 kg.

Hal ini tidak pernah saya bayangkan akan terjadi kepada saya sebelumnya, saya yang terbiasa diberikan kemudahan oleh Alloh dalam mendapatkan sekolah ataupun tempat kerja, tapi kali ini tidak mudah rasanya mencari tempat untuk kuliah. Saya merasa tak berguna karena sudah terlalu banyak menghabiskan uang orang tua saya untuk biaya bimbingan belajar dan juga daftar tes, tapi hasilnya nihil. Saya kecewa dengan diri saya sendiri kenapa saya tidak bisa memanfaatkan semaksimal mungkin semua yang bisa saya lakukan. Karena kejadian ini, saya sampai beradu argumen dengan mama saya, yang tidak pernah kita lakukan sebelumnya. Namun dari kejadian ini saya belajar, kejadian ini yang membuat saya lebih memahami apa itu hidup sebenarnya. Kalau semua yang kita mau belum tentu bisa kita dapatkan. Kalau hidup itu tak selamanya diisi keberhasilan, ada sisi lain yang pasti kita lewati, yaitu kegagalan. Lebih bersyukur dengan semua situasi yang ada. Dan dari kejadian ini pula saya memahami siapa dan bagaimana sebenarnya andil orang-orang terdekat saya dalam hidup. Dari kejadian ini, saya lebih bisa menahan diri dalam segala sesuatunya. Lebih mengukur kemampuan diri saya setiap ingin melakukan sesuatu.

Saya bersyukur pernah gagal. Dengan gagal saya menjadi bisa menghargai setiap detik perjuangan yang saya lewati ketika ingin mendapatkan sesuatu. Karena biasanya, saya cuma senang dan menganggap kalau prestasi dan keberhasilan yang saya dapat memang yang seharusnya saya dapatkan. Tapi tidak setelah kejadian itu. Keberhasilan adalah hasil yang didapat setelah kita berkorban segalanya, dan ingat keberhasilan selalu bersahabat karib dengan kegagalan.

Beberapa waktu lalu saya minta penilaian dari saudara dekat saya, katanya saya itu seseorang yang bisa dijadikan panutan bagi mereka yang masih bingung mau ngapain, harus apa dan bagaimana. Agak berat sih bahasanya, tapi begitu katanya. Saya bisa berubah menjadi seseorang yang sangat-sangat dewasa disaat genting dan berubah jadi orang bodoh disaat perutnya kenyang. Hidup saya penuh prinsip, katanya. Tapi saya kurang setuju dengan ini. Saya gak yakin kalo saya itu orang yang berprinsip, saya aja masih suka slebor, dan suka seenaknya sendiri ngejalanin hidup.

Saya orang yang gak bisa seneng sendirian. Kalo saya seneng, orang-orang terdekat saya juga harus seneng. Kalo temen saya seneng, saya juga ikut seneng. Tapi kalo saya sedih, cukup saya aja yang rasain, orang-orang terdekat saya cukup tau aja soal itu.
Saya orang yang paling gak bisa diem, apapun yang terjadi sama saya pasti saya ceritain, terutama ke mama saya. Mama tau semua cowok yang pernah saya suka. Mama tau saya ngapain aja seharian, ketemu apa aja di luar sana, karena setiap hari pasti  saya cerita. Dari saya kesel sampe yang bikin saya ngakak. Tapi kalo saya kecewa akan sesuatu, saya masih belom berani cerita ke mama. Ke temen juga saya gampang banget cerita. Lebih sering sih sekarang cerita ke Ima, atau enggak Elis. Tapi kadang suka ditahan juga, soalnya mereka pasti juga punya masalah sendiri yang harus dipikirin, masa suruh dengerin cerita saya terus.

Saya tipe orang yang gak bisa terima kalo dibentak, walaupun itu sama mama saya sendiri. Pasti suka langsung kesel sendiri, dan pasti langsung diem aja. Kan gak boleh bales bentak ibu sendiri yaa, tapi kalo udah khilaf, suka lupa kadang-kadang.

Saya super malas dan pecinta tidur, mandi itu kalo libur kuliah, cukup sayu kali sehari. Wajib tidur siang kalo lagi libur. Perjalanan pulang kuliah, kalo dapet duduk di kereta atau di busway harus tidur. Berdiripun suka ketiduran kadang-kadang. Saya suka makan es krim dan coklat, apalagi kalo lagi kesel. Mmhh dua jenis makanan manis ini gak tau kenapa rasanya jadi luar biasa.

Saya suka buat temen saya ketawa dengan hal-hal aneh. Sampai-sampai saya lupa nyenengin diri saya sendiri, kata salah satu temen saya. Saya paling gak bisa kalo jadi orang yang sendirian tau sesuatu, yang saya mau, kalo saya tahu temen saya juga harus tahu, terutama temen terdekat saya (dalam hal pelajaran).

Saya paling susah kalo senyum, apalagi senyum sama orang yang baru saya kenal. Gak tau kenapa begitu. Maunya juga senyum, tapi udah bawaan lahir mau diapain lagi, yaaa kaan? Kata orang sih kalo saya senyum keliatan manis. Tapi sayang, susah banget senyumnya.

Mungkin hanya segini tentang diri saya, takut jadi makin membanggakan diri sendiri kalo diterusin. Terimakasih sudah mau membaca.

1 komentar:

  1. Starburst Casino Review, Bonus, Banking and Games
    Starburst Casino gives you all the options งานออนไลน์ to play online casino 제왕카지노 games without depositing or withdrawing. No, Starburst online casino 샌즈카지노 has a lot of

    BalasHapus