Senin, 01 Juli 2013

Berbagai Efek dari Jejaring Sosial



Kita tentu sudah sangat familiar dengan salah satu jejaring sosial bernama facebook. Jejaring sosial ini banyak sekali digemari oleh berbagai kalangan masyarakat baik itu anak-anak, remaja, dewasa bahkan sampai pada orang tua sekalipun.

Dalam jejaring sosial ini memungkinkan kita untuk bertukar informasi tidak hanya data tetapi juga dapat berupa gambar (foto), video dan musik. Tak heran kalau jejaring sosial ini menjadi salah satu primadona dikalangan masyarakat. Selain facebook, dalam twitter juga memungkinkan kita untuk bertukar informasi mengenai kegiatan yang sedang kita lakukan yang di dalamnya juga terdapat avatar atau lebih sering dikenal dengan foto profil sehingga kita lebih gampang untuk mengetahui akan wajah dari pemilik sebuah account di twitter tersebut.

Akan tetapi tidak selamanya apa yang terpampang dalam jejaring sosial itu sendiri selalu benar, masih dimungkinkan jika di dalamnya terdapat berbagai jenis kebohongan misalnya saja tidak menggunakan profil picture yang sebenarnya, tidak menggunakan nama sebenarnya, dan memasang biodata tidak sesuai dengan aslinya. Oleh karena itu kita dituntut untuk lebih selektif dalam memilah-milah informasi yang kita dapat dari jejaring sosial. Banyak kasus yang bermunculan akibat penipuan yang terjadi di dalam jejaring sosial, kejahatan yang semacam ini lebih dikenal dengan sebutan cybercrime (kejahatan di dalam dunia maya).

Banyak sekali kasus penipuan, penculikan atau pemerkosaan yang semuanya berawal dari mendapatkan kenalan di jejaring sosial. Ada yang berawal dari ketertarikan melihat profil picture, ada yang termakan akan rayuan di jejaring sosial, ada juga yang tertipu akan status si pemegang account, misalanya dalam statusnya mengatakan masih lajang padahal sudah menikah.

Hal-hal semacam inilah yang perlu kita waspadai lebih dalam dan menjadikan kita tidak gampang percaya akan informasi yang diberikan melalui jejaring sosial tersebut. Apabila kita mendapatkan info di jejaring sosial hendaknya kita selidiki lebih dalam terlebih dahulu akan kebenaran informasi tersebut agar kita tidak tertipu. Disamping kita sendiri yang harus waspada, peran orang tua juga sangat diperlukan di sini mengingat pengguna akan jejaring sosial saat ini tidak hanya mencakup anak remaja saja akan tetapi anak-anak pun sudah tidak asing lagi dengan hal ini.

Sebenarnya dengan jejaring sosial kita bisa melakukan banyak hal yang lebih positif dari pada hanya sekedar memasang profil picture yang alay dan meng up-date satus yang galau. Kita bisa men-share-kan berbagai informasi penting yang terkait dengan hal positif misalnya info beasiswa, berita tentang suatu peristiwa dan informasi yang berguna lainnya. Selain itu juga kita bisa berbagi kata-kata motivasi untuk memberikan suntikan semangat bagi yang sedang membutuhkan semangat, mengingat cakupan akan jejaring sosial tidak hanya sebatas kota/kabupaten saja, melainkan sudah nasional bahkan sampai tingkat internasional yang mana hal ini menunjukkan tidak adanya lagi hambatan yang berarti dalam membagikan berbagai informasi. Dengan status-status yang positif diharapkan akan membawa dunia ke arah yang lebih positif.

Akan tetapi jejaring sosial juga akan dapat memicu terjadinya kesalah-pahaman karena kita pernah meng-update­ status yang mungkin itu sangat kontekstual dengan masalah yang baru kita alami. Dalam hal ini memasang status yang berisikan keluh kesah ataupun kemarahan kita terhadap seseorang sangatlah fatal akibatnya apabila status tersebut sangat pas dengan situasi yang ada dan dibaca oleh orang yang bersangkutan. Oleh karena itu sebaiknya kita selalu meng-update status yang bisa memberikan suntikan semangat bagi semuanya.

Tidak selamanya situs jejaring sosial selalu berefek buruk bagi anak dan remaja. Sebenarnya, semua kembali ke masing-masing individu. Jika digunakan secara positif maka hasilnya akan baik, dan sebaliknya. Kembali lagi, keluarga berperan penting untuk mengontrol aktivitas anak di internet. Seperti apa sih efek positif dan negatifnya?

Efek positif :

  1. Anak dan remaja dapat belajar mengembangkan keterampilan teknis dan sosial yang sangat dibutuhkan di era digital seperti sekarang ini. Mereka akan belajar bagaimana cara beradaptasi, bersosialisasi dengan publik dan mengelola jaringan pertemanan. 
  2.  Memperluas jaringan pertemanan. Berkat situs jejaring sosial, anak menjadi lebih mudah berteman dengan orang kain di seluruh dunia, meski sebagian besar di antaranya tidak pernah mereka temui secara langsung. 
  3.  Anak dan remaja akan termotivasi untuk belajar mengembangkan diri melalui teman-teman yang mereka jumpai secara online, karena di sini mereka berinteraksi dan menerima umpan balik satu sama lain. 
  4.  Situs jejaring sosial membuat anak dan remaja menjadi lebih bersahabat, perhatian dan empati. Misalnya memberikan perhatian saat ada teman mereka yang berulang tahun, mengomentari foto, video dan status teman mereka, menjaga hubungan persahabatan meski tidak dapat bertemu secara fisik.
 
Efek negatif :

  1. Anak dan remaja menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata. Tingkat pemahaman bahasa pun menjadi terganggu. Jika anak terlalu banyak berkomunikasi di dunia maya, maka pengetahuan tentang seluk-beluk berkomunikasi di kehidupan nyata – seperti bahasa tubuh dan nada suara – menjadi berkurang. 
  2. Situs jejaring sosial akan membuat anak dan remaja lebih memetingkan diri sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akan lingkungan di sekitar mereka, karena kebanyakan menghabiskan waktu di internet. Hal ini dapat mengakibatkan anak menjadi kurang berempati di dunia nyata. 
  3. Situs jejaring sosial membuat anak dan remaja rentan terhadap sensasi. 
  4. Bagi anak dan remaja, tidak ada aturan ejaan dan tata bahasa di situs jejaring sosial. Hal ini akan membuat mereka semakin sulit untuk membedakan antara berkomunikasi di situs jejaring sosial dan di dunia nyata. Hal ini tentunya akan mempengaruhi keterampilan menulis mereka di sekolah dalam hal ejaan dan tata bahasa. 
  5. Situs jejaring sosial adalah lahan subur bagi predator untuk melakukan kejahatan. Kita tidak akan pernah tahu apakah seseorang yang baru dikenal anak kita di internet, menggunakan jati diri yang sesungguhnya.
referensi : Nuansa (2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar