Sejalan dengan peningkatan
pendapatan masyarakat, banyak orang yang mampu membeli kendaraan pribadi.
Banyak alasan untuk memiliki kendaraan pribadi, antara lain karena masalah privasi
dan kenyamanan. Namun dibalik kebaikannya, kepemilikan kendaraan pribadi
terlalu banyak juga menimbulkan banyak masalah.
Banyaknya kendaraan pribadi
berarti kemacetan yang semakin banyak di jalan. Hal ini dikarenakan jumlah
peningkatan kendaraan pribadi tidak sebanding dengan peningkatan kapasitas
jalan. Semakin banyak masyarakat yang menggunakan kendaraan umum, semakin
efektif pula penggunaan jalan raya. Dengan kata lain, kendaraan umum merupakan
salah satu pemecahan masalah yang dihadapi hampir semua kota besar di dunia:
kemacetan.
Macet,
kata sederhana ini sepertinya sudah tidak asing lagi bagi pengguna jalan di
Kota Metropolitan. Masyarakat seakan sudah muak, bosan, bahkan hampir putus asa
dengan kemacetan yang harus mereka hadapi setiap saat. Terlebih lagi dengan
semakin bertambahnya volume kendaraan baik itu roda dua maupun roda empat dan pedagang
kaki lima yang berdagang di pinggir jalan.
Pada kenyataannya
perjalanan yang hanya berjarak empat kilometer ditempuh dalam waktu satu jam. Ini
menjadi bukti dari apa yang dikatakan oleh para pakar transportasi bahwasanya
Ibu Kota Jakarta akan macet total pada tahun 2014 yang tinggal menghitung hari.
Membuat
para pengguna kendaraan pribadi agar beralih menggunakan kendaraan umum
merupakan salah satu pekerjaan yang tidak mudah. Seperti yang kita jumpai
sekarang ini, kenyamanan penggunaan angkutan umum khususnya pengguna busway
yang disebut-sebut transportasi massal belum begitu terlihat. Armada bus yang
tidak sesuai dengan banyaknya pengguna membuat penumpukan penumpang sering
terjadi.
Pertanyaannya
apakah mungkin pengguna kendaraan pribadi dengan fasilitas kenyamanan yang
mereka miliki mau beralih menggunakan kendaraan umum dengan kondisi fasilitas yang
tidak nyaman bahkan kapasitas penumpang yang terlalu banyak. Memang
pemerintah mencanangkan untuk merestrukturisasi angkutan umum. Namun jika
melihat apa yang terjadi sesungguhnya seakan mejelaskan bahwa Pemerintah hanya
baik dalam tataran perencanaan tapi tidak dalam implementasinya?
Untuk
mengurangi kemacetan yang semakin menggila, pemerintah daerah mencanangkan berbagai
program penanganan. Satu diantaranya yaitu mensterilisasikan jalur busway
dengan harapan agar pengguna kendaraan pribadi beralih ke angkutan umum busway
yang diharapkan dapat menjadi angkutan massal yang nyaman dan cepat di
Jakarta. Ironisnya setelah hampir satu bulan berjalan, rasanya pengguna jalan tidak dapat merasakan
perubahan yang berarti dari apa yang telah dicanangkan. Yang terjadi justru kemacetan
semakin menjadi – jadi, bahkan pengguna jalan kian merana. Tidak hanya para
pengguna kendaraan yang mengeluh. Disamping itu para pengguna busway pun ikut mengeluh
karena kurangnya armada busway itu sendiri.
Sterilisasi jalur busway kembali
menimbulkan kemacetan di jalur kendaraan umum. Permasalahannya adalah
busway-pun mengalami kemacetan akibat sterilisasi tersebut di area-area mereka
bercampur dengan kendaraan umum. Semakin banyak jalur yang digunakan bersama,
semakin busway terhambat kemacetan. Sebaliknya, tanpa sterilisasi, jalan
menjadi lebih lancar tapi busway terhambat oleh kendaraan yang masuk ke jalur
busway. Hal ini menimbulkan dilema berkepanjangan bagi pemerintah dalam mengatasi
kemacetan ibu kota yang tak berujung.
Jadi apapun pilihannya, busway
tidak selancar yang diharapkan. Dan produsen otomotif semakin merayakan keberhasilannya menjual lebih banyak
kendaraan yang diproduksinya, maka jalanan semakin padat dan busway semakin
terhambat. Lalu, apa solusinya?
Solusi
dari sebuah permasalahan, apalagi masalah itu adalah kemacetan sudah pasti
tidak dirasakan secara instan. Butuh waktu yang panjang untuk mengatasi masalah
kemacetan ibu kota. Seperti yang sudah disebutkan di awal, kemacetan bisa
diatasi dengan kendaraan umum. Namun kendaraan umum yang seperti apakah yang dibutuhkan
di kota Jakarta?
Angkutan
massal yang aman, nyaman, murah dan cepat sudah dipastikan menjadi idaman bagi
para pengguna angkutan kota. Apabila pemerintah dapat mewujudkannya sudah
dipastikan pengguna kendaraan pribadi lambat laun akan berkurang dan beralih ke
angkutan umum. Tapi satu hal yang perlu diingat, hal ini tidak bisa diwujudkan
secepat kedipan mata, tentu butuh proses yang baik dan efisien dari pemerintah
dan juga masyarakat pengguna itu sendiri.
Peningkatan
kapasitas jalan dan penurunan volume kendaraan pribadi. Solusi ini sudah pasti
akan berdampak baik pada keadaan jalan ibu kota. Pembangunan jalan layang di
daerah-daerah ramai angkutan dapat membantu memperlancar solusi sebelumnya. Bukan
volume kendaraan pribadi yang ditingkatkan seperti yang sekarang terjadi di
Jakarta melaikan kapasitas jalan rayanyalah yang perlu ditingkatkan.
Apabila
dua hal di atas sudah dapat diwujudkan, hal lain yang mungkin akan semakin
membatu mengurangi volume pengguna kendaraan pribadi adalah menaikkan tarif
parkir. Seperti yang telah dilakukan oleh negara-negara tetangga. Dengan tingginya
tarif parkir, membuat para pengguna kendaraan pribadi lebih memilih memakai
angkutan umum yang murah, dari pada harus membayar parkir yang mahal, belum
lagi biaya untuk membeli bensin.
Semua permasalahan
sudah tentu dapat di atasi apabila setiap pihak yang terkait melakukan
pemecahannya. Tentu bukan hanya ucapan, melainkan tindakan nyata yang
dilakukan. Dan bukan hanya satu pihak yang bertindak melainkan semua pihak yang
berkepentingan yang bisa mewujudkannya.
Sumber
:
http://metro.kompasiana.com/2011/04/07/dilema-sterilisasi-jalur-busway
Tidak ada komentar:
Posting Komentar