Minggu, 20 Januari 2013

Kamis, 17 Januari 2013



Hari ini saya bangun lebih pagi dari biasanya. Pagi ini hujan turun agak lebat, suasana yang cocok untuk menarik selimut lebih tinggi dan melanjutkan tidur. Tapi hari ini harus bangun pagi dan berangkat lebih awal. Sekitar pukul setengah enam pagi saya sudah rapi dan siap untuk berangkat. Rencananya pagi ini saya mau berangkat bareng tetangga saya sampai stasiun juanda. Lima belas menit kemudian, tetangga saya tak menunjukkan tanda-tanda mau berangkat. Sekitar pukul enam kurang lima menit, tetangga saya keluar, tapi tak berpenampilan rapi. Masih dalam balutan baju rumahan. Dan dia menyampaikan kalau hari ini tidak ingin berangkat kerja, karena takut terjebak banjir.

Bingung bukan kepalang, jam sudah menunjukkan pukul enam, sementara saya masih di rumah. Hujan makin menjadi pagi ini. Saya langsung memakai mantel dan helm, dan minta diantar Bapak sampai kampus. Perjalanan hari ini sungguh luar biasa, dari rumah sampai kampus, saya diguyur hujan tanpa henti. Perjalanan yang saya lalui sama seperti hari kemarin, lewat puri kembangan kemudian jalan panjang. Bedanya, ada sedikit jalan banjir yang harus dilewati di dekat lampu merah walikota Jakarta Barat.

Sampai di kampus sekitar pukul setengah delapan dan kampus masih sepi. Entah tidak ada yang kuliah. Atau memang mahasiswanya tidak ingin berangkat pagi ini karena hujan. Hari ini jadwal kuliah saya hanya ikut pengulangan statistika, dan kuliah manajemen keuangan. Saat pengulangan statistika tidak di runag biasanya, tapi pindah ke ruang D414. Dinginnya tidak begitu berasa di ruangan ini. Namun setelah selesai pengulangan dan pindah ke ruang D020 untuk kuliah selanjutnya, berasa seperti di kutub. Dengan orang yang belum banyak mengisi ruangan dan dua AC yang menyala dinginnya begitu berasa, ditambah diluar masih hujan. Sepertinya hari ini memang hujan seharian.

Kuliah selesai pukul satu siang, mau pulang rasanya malas sekali, karena rintik rintik gerimis masih turun. Ditambah muncul berita kalau sebagian besar jalanan jakarta banjir. Dan ada yang mengatakan bahwa kereta dari depok menuju stasiun jakarta kota hanya sampai stasiun pasar minggu, disebabkan karena banjir di daerah tebet. Heemmm.. untungnya hari ini saya pulang besama Bapak lagi seperti kemarin. Jadi gak begitu bingung memikirkan harus naik apa. Yang pasti sih memikirkan nanti pulang bisa lewat gak, atau malah terjebak banjir yaa…

Karena males, ujung-ujungnya duduk-duduk dulu di depan kelas sambil nunggu rara yang bingung gimana mau pulang, karena elis gak bisa anter dia pulang sampai rumah. Sambil nunggu rara, dan nemenin ima nunggu temennya juga. Akhirnya saya, ima dan elis iseng jeprat-jepret. Nih hasilnya.. hhehhehhe

jepret 1 - elis, ima, emi (ki-ka)

jepret 2 - elis, ima, emi (ki-ka)

jepret 3 - ima, emi (ki-ka)
Selesai jeprat-jepret temen yang ditunggu ima datang. Akhirnya saya, ima dan temannya ima pulang duluan, sementara elis dan rara masih pada tempatnya menimbang-nimbang gimana mereka pulang.
Saat itu waktu menunjukkan jam dua siang, saya pulang ke pondok indah menyusul bapak ditempat kerjanya. 

Sekitar pukul setengah empat saya sampai disana. Menunggu bapak selesai kerja, sekitar pukul lima kita baru berangkat pulang. Perjalan pulang yang kita lalui sama seperti hari Rabu. Selama perjalanan pulang ada sesuatu yang tak biasa terjadi dan saya lihat. Saat melintasi puri kembangan banjir yang menggenang di sekitar lampu merah seperti pagi tadi masih tetap menggenang, belum surut nampaknya, tetapi malah terlihat meninggi beberapa centi. Saat ingin melintas di daerah rawa buaya, banyak orang yang berkerumun di tengah jalan, ternyata mereka menghadang agar kita tidak melewati jalan tersebut, karena banjirnya tinggi. Dan semua kendaraan diminta untuk memutar balik dan melewati jalan tol kembangan. Semua kendaraan baik motor ataupun mobil melewati jalan tol. Hanya di Jakarta, motor bisa memasuki jalan tol tanpa harus membayar alias gratis. Beda dengan mobil, mereka tetap dikenakan tarif sebagaimana seharusnya. Ini dia foto motor masuk jalan tol. Hhehhehhe

jepret 4 - motor masuk tol

Saat tiba di jalan daan mogot, dan melewati shelter jembatan baru, kagetnya bukan kepalang. Shelter kini berubah fungsi menjadi tempat penampungan para korban banjir.

jepret 5 - shelter jembatan baru


Seperti yang terlihat di foto, di dalam shelter pengungsi menginap. Ada juga tenda pengungsian di depan jalan masuk rawa buaya, namun saya tidak dapat mengambil gambarnya saat itu. Bagi mereka yang tidak kedapatan tempat di dalam shelter ataupun di tenda pengungsian, mereka menempati jalan keluar shelter yang terlihat seperti foto dibawah ini.

jepret 6 - pintu keluar shelter jembatan baru
Demikian pengalaman tiga hari saya berangkat ke kampus dan pulang selama jakarta dilanda hujan dan banjir. Bagaimana tentang pengalamanmu sebagai warga jakarta selama tiga hari tersebut?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar