Hari ini saya bangun
lebih pagi dari biasanya. Pagi ini hujan turun agak lebat, suasana yang cocok
untuk menarik selimut lebih tinggi dan melanjutkan tidur. Tapi hari ini harus
bangun pagi dan berangkat lebih awal. Sekitar pukul setengah enam pagi saya sudah
rapi dan siap untuk berangkat. Rencananya pagi ini saya mau berangkat bareng
tetangga saya sampai stasiun juanda. Lima belas menit kemudian, tetangga saya
tak menunjukkan tanda-tanda mau berangkat. Sekitar pukul enam kurang lima
menit, tetangga saya keluar, tapi tak berpenampilan rapi. Masih dalam balutan
baju rumahan. Dan dia menyampaikan kalau hari ini tidak ingin berangkat kerja,
karena takut terjebak banjir.
Bingung bukan kepalang,
jam sudah menunjukkan pukul enam, sementara saya masih di rumah. Hujan makin
menjadi pagi ini. Saya langsung memakai mantel dan helm, dan minta diantar
Bapak sampai kampus. Perjalanan hari ini sungguh luar biasa, dari rumah sampai
kampus, saya diguyur hujan tanpa henti. Perjalanan yang saya lalui sama seperti
hari kemarin, lewat puri kembangan kemudian jalan panjang. Bedanya, ada sedikit
jalan banjir yang harus dilewati di dekat lampu merah walikota Jakarta Barat.
Sampai di kampus
sekitar pukul setengah delapan dan kampus masih sepi. Entah tidak ada yang
kuliah. Atau memang mahasiswanya tidak ingin berangkat pagi ini karena hujan. Hari
ini jadwal kuliah saya hanya ikut pengulangan statistika, dan kuliah manajemen
keuangan. Saat pengulangan statistika tidak di runag biasanya, tapi pindah ke
ruang D414. Dinginnya tidak begitu berasa di ruangan ini. Namun setelah selesai
pengulangan dan pindah ke ruang D020 untuk kuliah selanjutnya, berasa seperti
di kutub. Dengan orang yang belum banyak mengisi ruangan dan dua AC yang
menyala dinginnya begitu berasa, ditambah diluar masih hujan. Sepertinya hari
ini memang hujan seharian.
Kuliah selesai pukul
satu siang, mau pulang rasanya malas sekali, karena rintik rintik gerimis masih
turun. Ditambah muncul berita kalau sebagian besar jalanan jakarta banjir. Dan
ada yang mengatakan bahwa kereta dari depok menuju stasiun jakarta kota hanya
sampai stasiun pasar minggu, disebabkan karena banjir di daerah tebet. Heemmm..
untungnya hari ini saya pulang besama Bapak lagi seperti kemarin. Jadi gak
begitu bingung memikirkan harus naik apa. Yang pasti sih memikirkan nanti
pulang bisa lewat gak, atau malah terjebak banjir yaa…
Karena males,
ujung-ujungnya duduk-duduk dulu di depan kelas sambil nunggu rara yang bingung
gimana mau pulang, karena elis gak bisa anter dia pulang sampai rumah. Sambil
nunggu rara, dan nemenin ima nunggu temennya juga. Akhirnya saya, ima dan elis
iseng jeprat-jepret. Nih hasilnya.. hhehhehhe
jepret 1 - elis, ima, emi (ki-ka) |
jepret 2 - elis, ima, emi (ki-ka) |
jepret 3 - ima, emi (ki-ka) |
Selesai jeprat-jepret
temen yang ditunggu ima datang. Akhirnya saya, ima dan temannya ima pulang
duluan, sementara elis dan rara masih pada tempatnya menimbang-nimbang gimana
mereka pulang.
Saat itu waktu
menunjukkan jam dua siang, saya pulang ke pondok indah menyusul bapak ditempat
kerjanya.
Sekitar pukul setengah empat saya sampai disana. Menunggu bapak
selesai kerja, sekitar pukul lima kita baru berangkat pulang. Perjalan pulang
yang kita lalui sama seperti hari Rabu. Selama perjalanan pulang ada sesuatu
yang tak biasa terjadi dan saya lihat. Saat melintasi puri kembangan banjir
yang menggenang di sekitar lampu merah seperti pagi tadi masih tetap
menggenang, belum surut nampaknya, tetapi malah terlihat meninggi beberapa
centi. Saat ingin melintas di daerah rawa buaya, banyak orang yang berkerumun
di tengah jalan, ternyata mereka menghadang agar kita tidak melewati jalan
tersebut, karena banjirnya tinggi. Dan semua kendaraan diminta untuk memutar
balik dan melewati jalan tol kembangan. Semua kendaraan baik motor ataupun
mobil melewati jalan tol. Hanya di Jakarta, motor bisa memasuki jalan tol tanpa
harus membayar alias gratis. Beda dengan mobil, mereka tetap dikenakan tarif
sebagaimana seharusnya. Ini dia foto motor masuk jalan tol. Hhehhehhe
jepret 4 - motor masuk tol |
Saat tiba di jalan daan
mogot, dan melewati shelter jembatan baru, kagetnya bukan kepalang. Shelter
kini berubah fungsi menjadi tempat penampungan para korban banjir.
jepret 5 - shelter jembatan baru |
Seperti yang terlihat
di foto, di dalam shelter pengungsi menginap. Ada juga tenda pengungsian di
depan jalan masuk rawa buaya, namun saya tidak dapat mengambil gambarnya saat
itu. Bagi mereka yang tidak kedapatan tempat di dalam shelter ataupun di tenda
pengungsian, mereka menempati jalan keluar shelter yang terlihat seperti foto
dibawah ini.
jepret 6 - pintu keluar shelter jembatan baru |
Demikian pengalaman
tiga hari saya berangkat ke kampus dan pulang selama jakarta dilanda hujan dan
banjir. Bagaimana tentang pengalamanmu sebagai warga jakarta selama tiga hari
tersebut?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar