Jumat, 25 Januari 2013

Princess of Neverland (part2)



“put.. Puterii!! Sudah siang, ayo mandi.”

Seperti suara mbok Ratmi. Apa iya aku ikut mereka mati ? apa ini ada di surga?.

        Aku bangun dam melihat sekelilingku. Semuanya putih. Kasur, jendela, meja, tembok, pintu sampai bajuku, semuanya putih.

        “aaaaaaaaaarrrrrggggghhhhhh”, teriakku.

        “Puteri, ini mbok Ratmi.”

        Aku membuka lagi mataku dan sudah ada di kamarku lagi dengan mbok Ratmi. Oh ternyata hanya mimpi.
     
      “tadi puteri mimpi seram, mbok. Mbok, Ayah, Ibu, di bunuh perampok. Dan Emer dibawa mereka. Puteri takut, mbok..”
         
         “tenang, ada mbok koq disini.”

Sekarang aku sudah tenang. Ternyata itu hanya mimpi. Tapi ini sudah yang ke seratus kalinya aku mimpi. Seperti kenyataan.

***

        Saat ini ketika aku sedang duduk di bangku taman, mbok Ratmi menhampiriku dan berkata kalau ada seorang tamu yang ingin menemuiku. Disekelilingku orang-orang berlaku aneh. Ada yang membawa sapu lidi sambil berlari-lari dan berteriak.. “Merdekaaaaaa”.

        Ada gadis yang berjalan sambil menggendong boneka jelek dan rusak, kadang-kadang menagis dan kadang tertawa. Mbok Ratmi bilang, mereka terkena virus dari nenek rawa yang jahat. Tak lama kemudian, mbok Ratmi datang dengan seorang dayang menuju ke arahku. Dan ada seorang gadis yang kira-kira umurnya lima belas tahun. Cantik, dengan kulit pucat dan sedikit merah muda.

        “Puteri, ini orang yang mencari Puteri.” Kata mbok Ratmi.

        “oh, silahkan duduk. Mbok ratmi tolong ambilkan teh hijau di belakang yaa.”

        “iya Puteri”

        Si dayang berbisik ke tamu itu lalu pergi bersama mbok Ratmi dan menibbgalkan kami berdua di bangku taman.

        “hai, kak..” kata si tamu

Hmmmm… Aku bisa mencium aroma wangi bunga lavender yang mengingatkanku akan seseorang, Emer.

        “maaf, kenapa kamu datang kemari?. Sepertinya kamu terlihat terawat. Dari kerajaan mana?”, tanyaku.

        “sama seperti kakak.”

Aku bingung mendengarnya. Lalu dia memegang tanganku.

        “aku Emer kak, Emerald”

Seketika kepalaku pening.

Dan “arrrrrggggggghhhhh”, aku berteriak persis di mimpi itu.

        Mbok dan para dayang datang dan langsung memapahku menuju kamar. Si tamu misterius yang mengaku Emer datang mendekatiku dan berbisik.

        “tenang ya kak, kakak pasti sembuh. Aku sudah bebas dari tangan perampok dan perbudakan. Sekarang aku tinggal di panti kak. Kalau kaka sembuh nanti, kita akan tinggal sekamar kak.

        “tidaaaaakkkkk…..”

        “kamu bukan Emer!!!!!. Aku gak sakitt!!!”, jawabku murka.

        Lalu seorang tabib datang menghampiriku. Tidak, pakaiannya aneh, putih-putih. Kamar ini pun seketika menjadi putih. Mbok Ratmi, dayang-dayang dan aku juga berpakaian putih-putih.

        Aku bukan di kamarku. Aku mendengar tabib berbaju aneh berbicara pada tamu yang mengaku sebagai Emer. Dan akupun mendengarnya.

        “dia sudah sepuluh tahun disini. Sejak ditemukan di rumah kalian, dia tergeletak disana dan saat sadar sudah kehilangan kejiwaannya.”

Si Emer palsu pun menjawab

        “saya harap dia cepat sembuh, dok.”

        “kita juga berharap begitu.”

        Tiba-tiba semua orang berubah menakutkan, menyeringai dengan taring yang berdarah-darah dan membawa pisau besar. Tidak terkecuali mbok Ratmi yang jadi tidak kukenali sekarang.

        “suntik saja dok, biar tenang.”, kata mbok Ratmi yang jahat.

        “tidaaaakkkkk…”

        “aku gak gilaaa….."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar