“put.. Puterii!!
Sudah siang, ayo mandi.”
Seperti suara
mbok Ratmi. Apa iya aku ikut mereka mati ? apa ini ada di surga?.
Aku bangun dam melihat sekelilingku.
Semuanya putih. Kasur, jendela, meja, tembok, pintu sampai bajuku, semuanya
putih.
“aaaaaaaaaarrrrrggggghhhhhh”, teriakku.
“Puteri, ini mbok Ratmi.”
Aku membuka lagi mataku dan sudah ada di
kamarku lagi dengan mbok Ratmi. Oh ternyata hanya mimpi.
“tadi
puteri mimpi seram, mbok. Mbok, Ayah, Ibu, di bunuh perampok. Dan Emer dibawa
mereka. Puteri takut, mbok..”
“tenang, ada mbok koq disini.”
Sekarang aku
sudah tenang. Ternyata itu hanya mimpi. Tapi ini sudah yang ke seratus kalinya
aku mimpi. Seperti kenyataan.
***
Saat ini ketika aku sedang duduk di
bangku taman, mbok Ratmi menhampiriku dan berkata kalau ada seorang tamu yang
ingin menemuiku. Disekelilingku orang-orang berlaku aneh. Ada yang membawa sapu
lidi sambil berlari-lari dan berteriak.. “Merdekaaaaaa”.
Ada gadis yang berjalan sambil
menggendong boneka jelek dan rusak, kadang-kadang menagis dan kadang tertawa.
Mbok Ratmi bilang, mereka terkena virus dari nenek rawa yang jahat. Tak lama
kemudian, mbok Ratmi datang dengan seorang dayang menuju ke arahku. Dan ada
seorang gadis yang kira-kira umurnya lima belas tahun. Cantik, dengan kulit
pucat dan sedikit merah muda.
“Puteri, ini orang yang mencari Puteri.”
Kata mbok Ratmi.
“oh, silahkan duduk. Mbok ratmi tolong
ambilkan teh hijau di belakang yaa.”
“iya Puteri”
Si dayang berbisik ke tamu itu lalu
pergi bersama mbok Ratmi dan menibbgalkan kami berdua di bangku taman.
“hai, kak..” kata si tamu
Hmmmm… Aku bisa
mencium aroma wangi bunga lavender yang mengingatkanku akan seseorang, Emer.
“maaf,
kenapa kamu datang kemari?. Sepertinya kamu terlihat terawat. Dari kerajaan
mana?”, tanyaku.
“sama seperti kakak.”
Aku bingung
mendengarnya. Lalu dia memegang tanganku.
“aku Emer kak, Emerald”
Seketika kepalaku
pening.
Dan
“arrrrrggggggghhhhh”, aku berteriak persis di mimpi itu.
Mbok dan para dayang datang dan langsung
memapahku menuju kamar. Si tamu misterius yang mengaku Emer datang mendekatiku
dan berbisik.
“tenang
ya kak, kakak pasti sembuh. Aku sudah bebas dari tangan perampok dan
perbudakan. Sekarang aku tinggal di panti kak. Kalau kaka sembuh nanti, kita
akan tinggal sekamar kak.
“tidaaaaakkkkk…..”
“kamu bukan Emer!!!!!. Aku gak
sakitt!!!”, jawabku murka.
Lalu seorang tabib datang menghampiriku.
Tidak, pakaiannya aneh, putih-putih. Kamar ini pun seketika menjadi putih. Mbok
Ratmi, dayang-dayang dan aku juga berpakaian putih-putih.
Aku bukan di kamarku. Aku mendengar
tabib berbaju aneh berbicara pada tamu yang mengaku sebagai Emer. Dan akupun
mendengarnya.
“dia
sudah sepuluh tahun disini. Sejak ditemukan di rumah kalian, dia tergeletak
disana dan saat sadar sudah kehilangan kejiwaannya.”
Si Emer palsu pun
menjawab
“saya harap dia cepat sembuh, dok.”
“kita juga berharap begitu.”
Tiba-tiba semua orang berubah
menakutkan, menyeringai dengan taring yang berdarah-darah dan membawa pisau
besar. Tidak terkecuali mbok Ratmi yang jadi tidak kukenali sekarang.
“suntik saja dok, biar tenang.”, kata
mbok Ratmi yang jahat.
“tidaaaakkkkk…”
“aku gak gilaaa….."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar