Hari ini Hut DKI Jakarta yang ke 486. Bertepatan dengan hari Sabtu yang kebetulan weekend membuat HUT Jakarta tahun ini nampaknya lebih menyenangkan. Dimulai dari Jumat malam yang dimana-mana ada midnight sale dan pastinya konser musik dimana-mana. Kemudian di lanjutkan dengan hari ini HUT Jakarta di jadikan momen bagi pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Entah disengaja atau kebetulan harinya bersamaan. Tapi gak usah sedih, bagi semua warga Jakarta yang hari ini mau ikutan menyemarakkan HUT Jakarta di beberapa titik yang mengadakan konser meriah, kalian bisa naik TransJakarta yang hari ini tarif tiketnya digratiskan untuk seluruh koridornya. Jadi bagi warga Jakarta yang mau keliling Jakarta dengan gratis tanpa harus uring-uringan dengan harga BBM baru, bisa menjadikan TransJakarta sebagai solusi.
Ada
yang tahu bagaimana Jakarta tempo doeloe? Yuk kita cari tahu.
Jakarta
bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun
silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat
perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan awal mengenai Jakarta
terkumpul sedikit melalui berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan bandar
tersebut. Keterangan mengenai kota Jakarta sampai dengan awal kedatangan para
penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat sedikit.
Laporan
para penulis Eropa abad ke-16 menyebutkan sebuah kota bernama Kalapa, yang
tampaknya menjadi bandar utama bagi sebuah kerajaan Hindu bernama Sunda,
beribukota Pajajaran, terletak sekitar 40 kilometer di pedalaman, dekat dengan
kota Bogor sekarang. Bangsa Portugis merupakan rombongan besar orang-orang
Eropa pertama yang datang ke bandar Kalapa. Kota ini kemudian diserang oleh
seorang muda usia, bernama Fatahillah, dari sebuah kerajaan yang berdekatan
dengan Kalapa. Fatahillah mengubah nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta pada 22
Juni 1527. Tanggal inilah yang kini diperingati sebagai hari lahir kota
Jakarta. Orang-orang Belanda datang pada akhir abad ke-16 dan kemudian
menguasai Jayakarta.
Nama
Jayakarta diganti menjadi Batavia. Keadaan alam Batavia yang berawa-rawa mirip
dengan negeri Belanda, tanah air mereka. Mereka pun membangun kanal-kanal untuk
melindungi Batavia dari ancaman banjir. Kegiatan pemerintahan kota dipusatkan
di sekitar lapangan yang terletak sekitar 500 meter dari bandar. Mereka
membangun balai kota yang anggun, yang merupakan kedudukan pusat pemerintahan
kota Batavia. Lama-kelamaan kota Batavia berkembang ke arah selatan. Pertumbuhan
yang pesat mengakibatkan keadaan lilngkungan cepat rusak, sehingga memaksa
penguasa Belanda memindahkan pusat kegiatan pemerintahan ke kawasan yang lebih
tinggi letaknya. Wilayah ini dinamakan Weltevreden. Semangat nasionalisme
Indonesia di canangkan oleh para mahasiswa di Batavia pada awal abad ke-20.
Sebuah
keputusan bersejarah yang dicetuskan pada tahun 1928 yaitu itu Sumpah Pemuda
berisi tiga buah butir pernyataan , yaitu bertanah air satu, berbangsa satu,
dan menjunjung bahasa persatuan : Indonesia. Selama masa pendudukan Jepang
(1942-1945), nama Batavia diubah lagi menjadi Jakarta. Pada tanggal 17 Agustus
1945 Ir. Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta dan
Sang Saka Merah Putih untuk pertama kalinya dikibarkan. Kedaulatan Indonesia
secara resmi diakui pada tahun 1949. Pada saat itu juga Indonesia menjadi
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada tahun 1966, Jakarta memperoleh
nama resmi Ibukota Republik Indonesia. Hal ini mendorong laju pembangunan
gedung-gedung perkantoran pemerintah dan kedutaan negara sahabat. Perkembangan
yang cepat memerlukan sebuah rencana induk untuk mengatur pertumbuhan kota
Jakarta. Sejak tahun 1966, Jakarta berkembang dengan mantap menjadi sebuah
metropolitan modern. Kekayaan budaya berikut pertumbuhannya yang dinamis
merupakan sumbangan penting bagi Jakarta menjadi salah satu metropolitan
terkemuka pada abad ke-21.
- Abad ke-14 bernama Sunda Kelapa sebagai pelabuhan Kerajaan Pajajaran.
- 22 Juni 1527 oleh Fatahilah, diganti nama menjadi Jayakarta (tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi kota Jakarta keputusan DPR kota sementara No. 6/D/K/1956).
- 4 Maret 1621 oleh Belanda untuk pertama kali bentuk pemerintah kota bernama Stad Batavia.
- 1 April 1905 berubah nama menjadi ‘Gemeente Batavia’.
- 8 Januari 1935 berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia.
- 8 Agustus 1942 oleh Jepang diubah namanya menjadi Jakarta Toko Betsu Shi.
- September 1945 pemerintah kota Jakarta diberi nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta.
- 20 Februari 1950 dalam masa Pemerintahan. Pre Federal berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia.
- 24 Maret 1950 diganti menjadi Kota Praj’a Jakarta.
- 18 Januari 1958 kedudukan Jakarta sebagai Daerah swatantra dinamakan Kota Praja Djakarta Raya.
- Tahun 1961 dengan PP No. 2 tahun 1961 jo UU No. 2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
- 31 Agustus 1964 dengan UU No. 10 tahun 1964 dinyatakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta.
- Tahun1999, melalaui uu no 34 tahun 1999 tentang pemerintah provinsi daerah khusus ibukota negara republik Indonesia Jakarta, sebutan pemerintah daerah berubah menjadi pemerintah provinsi dki Jakarta, dengan otoniminya tetap berada ditingkat provinsi dan bukan pada wilyah kota, selain itu wiolyah dki Jakarta dibagi menjadi 6 (5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten administrative kepulauan seribu).
Undang-undang
Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4700);
referensi : bappedajakarta.go.id/sekilas-jakarta/jakarta-tempo-doeloe/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar