Jumat, 28 Juni 2013

Masalah dan Kebijakan Ekonomi di Negara-negara Sedang Berkembang



            Dari pembahasan tentang karakteristik NSB dapat disimpulkan bahwa masalah mendasar yang dihaadapi adalah kelemahan di sisi permintaan dan penawaran agregat.
      a.      Permintaan dan Penawaran Agregat
  •       Permintaan Agregat
            Jumlah penduduk NSB yang besar tidak diimbangi dengan permintaan efektif yang besar, karena rendahnya tingkat kehidupan. Lemahnya permintaan efektif akan menyulitkan pengembangan sektor industri, yang baru mencapai biaya minimum bila skala produksi sangat besar.
            Rendahnya derajat kehidupan seringkali membuat rakyat di NSB tidak mampu membeli kebutuhan kebutuhan pokok, baik yang bersifat konsumtif maupun investasi SDM. Misalnya, makanan bergizi dan pendidikan yang merupakan komoditas inventatif.
            Rendahnya daya beli komoditas makanan, obat obatan, dan pendidikan akan melemahkan pertumbuhan dan perkembangan sektor swasta. Padahal perkembangan sektor swasta amat dibutuhkan untuk memperluas kesempatan kerja. Berkembangnya sektor swasta juga akan memperluas sumber penerimaan (pajak) negara.
  •      Penawaran Agregat
            Kelemahan penawaran agregat berkaitan erat dengan rendahnya produktivitasnya, minimnya stok barang modal, serta ketergantungan yang besar pada sektor pertanian dan atau primer. Akibatnya, selain jumlahnya sangat kecil, elastisitas penawaran juga sangat inelastis. Dalam bahasa ekonomi, rendahnya penawaran agregat memiliki arti rendahnya pertumbuhan ekonomi, yang mempunyai dampak terhadap rendahnya pertambahan kesempatan kerja. Rendahnya kesempatan kerja akan menyebabkan rendahnya pertumbuhan pasar domestik, yang menahan keinginan investor menanamkan modalnya.

      b.     Kebijakan-kebijakan Pembangunan
            Lemahnya sisi permintaan dan penawaran agregat menyebabkan perekonomian NSB seolah-olah berada dalam lingkaran permasalahan tanpa ujung pangkal. Karena itu campur tangan pemerintah, baik melalui kebijakan ekonomi maupun kebijakan nonekonomi amat diperlukan untuk memutuskan mata rantai permasalahan tersebut.

          1)     Kebijakan Ekonomi
            Kebijakan moneter, fiskal, dan ekonomi internasional secara teoritis dapat digunakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi perekonomian.
  •     Kebijakan Moneter
      Kebijakan moneter dapat memperbesar kemampuan penawaran agregat melalui pemberian kredit, khususnya kepada kelompok usaha kecil dan menengah (UKM). Kebijakan moneter juga dapat memperbesar permintaan agregat, khususnya untuk kebutuhan pokok yang sangat penting, seperti perumahan.

  •        Kebijakan Fiskal
      Kebijakan fiskal melalui subsidi dapat meningkatkan daya beli dan atau daya investasi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tetap. Misalnya subsidi BBM pada masa lalu sangat menolong masyarakat yang menggunakan minyak tanah untuk keperluan sehari-hari.
      Di sisi lain, kebijakan fiskal dapat menahan laju perilaku konsumtif masyarakat kaya dan berpendapatan tinggi. Hal ini dilakukan lewat kebijakan pajak penghasilan (PPh) progresif dan pajak pertambahan nilai (PPN), khususnya untuk barang mewah (PPnBM).

  •     Kebijakan Ekonomi Internasional
      Umumnya pemimpin NSB lebih memilih kebijakan ekonomi terbuka (melakukan kerjasama hubungan ekonomi dengan luar negeri). Sebab kebijakan ini akan membuka akses pasar ekspor bagi produk-produk mereka, sekaligus membuka sumber pengadaan barang modal dan bahan baku industri dari negara lain. Secara teoritis, jika pengelolaan baik dan transparan kebijakan ekonomi terbuka akan mempercepat proses pembangunan ekonomi.
      Beberapa kebijakan ekonomi yang umumnya dipilih oleh NSB adalah kebijakan-kebijakan promosi ekspor, substitusi ekspor, dan proteksi industri.

         2)     Kebijakan NonEkonomi
            Kebijakan non ekonomi yang dapat ditempuh pemerintah antara lain penegakan hukum, memperbaiki kondisi demokrasi, desentralisasi atau pengembangan otonomi daerah.
 
     c.      Utang Luar Negeri
            Salah satu persoalan terbesar yang dihadapi negara-negara dunia ketiga adalah besarnya utang luar negeri (ULN). Pembahasan ULN dunia ketiga menjadi sangat relevan, karena salah satu faktor penyebab krisis ekonomi di Amerika Selatan periode 1990an dan Asia Timur periode 1990an adalah besarnya ULN, terutama disektor swasta.
      ·        Utang Luar Negeri Pemerintah
      Utang luar negeri pemerintah (ULNP) adalah pinjaman pemerintah dari lembaga-lembaga bantuan keuangan internasional, khususnya Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Pinjaman tersebut diberikan untuk mempercepat proses pembangunan. Sebab, untuk menjalakan fungsi-fungsi pemerintahan yang ideal, maka anggaran pemerintah harus sangat besar, sementara kemampuan keuangan negara sangat lemah.
      Namun dibalik manfaat, terdapat juga risiko-risiko ULNP, terutama kebocoran inefisiensi penggunaan dana, baik karena kesalahan atau kekurangan manajerial maupun karena korupsi.
      
       ·        Utang Luar Negeri Swasta
      Utang luar negeri swasta (ULNS) dilakukan berdasarkan pertimbangan bisnis. Lembaga-lembaga keuangan internasional baru akan memberi pinjaman kepada sektor swasta, jika memenuhi pertimbangan-pertimbangan finansial. Kadang-kadang pemberi pinjaman meminta jaminan pemerintahan atas utang swasta. Hal ini disebut public guarantee debt.
      Karena dasar pertimbangan utamanya adalah untung rugi, maka ULNS mempunyai syarat dan beban yang lebih berat. Umpamanya, janka waktu pinjaman relatif pendek dengan tingkat bunga pinjaman tinggi.

      d.     Rasio Beban Utang Luar Negeri
            Rasio beban ULN merupakan indikator yang digunakan untuk mrlihat seberapa besar beban utang luar negeri suatu negara. Biasanya rasio ULN dikaitkan dengan jumlah PDB atau jumlah ekspor.
      ·        Rasio ULN / PDB
      Angka ULN/PDB menunjukan berapa dari persentase ULN terhadap output. Jika rasionya 60% berarti jumlah ULN adalah 60% PDB. Makin besar angkanya, dianggap makin buruk.

     ·        Debt Service Ratio (DSR)
      Debt Service Ratio adalah angka yang menunjukan berapa persen nilai bunga dan cicilan ULN yang harus dibayar terhadap total ekspor.

DSR = Bunga + Cicilan
                   Ekspor

referensi :
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001.
 
 
                                                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar